Bus Sumber Grup yang terdiri dari Sumber Kencono, Sumber
Selamat dan Sugeng Rahayu saat ini bisa dibilang sebagai “raja jalanan” di
jalur Surabaya-Madiun-Solo-Jogja. Armadanya yang berjumlah ratusan tentunya
akan menjamin terangkutnya para calon penumpang di sepanjang jalur
Surabaya-Madiun-Solo-Jogja. Selain itu bus ini juga dilengkapi dengan pelayanan
yang cukup mumpuni seperti berpendingin udara (AC), tabung pemadam kebakaran,
kursi yang ergonomis dan nyaman, serta tarifnya yang lebih murah dibanding bus kompetitor
yang lain.
Bus Sumber Grup ini mempunyai tiga trayek utama yaitu
Surabaya-Madiun-Solo-Jogja, Surabaya-Madiun-Solo-Semarang, dan
Surabaya-Madiun-Solo-Wonogiri. Bus Sumber Grup ini trayeknya juga bersinggungan
dengan bus bertrayek Surabaya-Kertosono-Trenggalek, Surabaya-Madiun-Ponorogo,
Surabaya-Madiun-Pacitan, Surabaya-Solo-Jogja-Purwokerto-Bandung, Solo-Semarang,
Solo-Jogja, serta Solo-Wonogiri.
Namun kadang di saat-saat tertentu bahkan armada-armada yang
dikeluarkan untuk mengangkut para calon penumpang tak mampu untuk menampungnya.
Bisa dilihat saat kondisi jam pulang kerja dan akhir pekan di Terminal
Purabaya, Surabaya. Para penumpang memadati jalur pemberangkatan bus jurusan
Jogja hanya untuk naik bus Sumber Grup ini. Bus yang terkenal dengan kecepatan
dan ketepatan waktunya ini diandalkan oleh para penglaju kerja untuk sarana
akomodasi mereka dari tempat tinggal ke tempat kerja dan juga oleh penumpang
jarak jauh. Padahal kebanyakan penglaju kerja ini kebanyakan berasal dari
daerah sekitar Surabaya seperti Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun. Sebenarnya
mereka bisa menggunakan jasa bus lain yang bersinggungan trayek dengan bus
Sumber Grup ini. Tapi karena pelayanannya yang memuaskan membuat penumpang
jarak dekat itu lebih memilih Sumber Grup sebagai jasa tunggangannya.
Berikut ini adalah keunggulan-keunggulan bus Sumber Grup
(dikutip dari sini)
1. Trayeknya melewati belasan kota, pusat kegiatan
masyarakat
Jalur trayek yang dilayani oleh SK adalah termasuk jalur
menengah, dengan tiga trayek :
Trayek terbanyak yakni : Surabaya – Sidoarjo – Mojokerto – Jombang – Nganjuk – Madiun – Maospati (Magetan) – Ngawi – Sragen – Palur (Karanganyar) – Solo – Klaten – Yogyakarta;
Surabaya – Solo – Sukoharjo – Wonogiri;
Surabaya – Solo – Boyolali – Salatiga – Semarang;
Trayek terbanyak yakni : Surabaya – Sidoarjo – Mojokerto – Jombang – Nganjuk – Madiun – Maospati (Magetan) – Ngawi – Sragen – Palur (Karanganyar) – Solo – Klaten – Yogyakarta;
Surabaya – Solo – Sukoharjo – Wonogiri;
Surabaya – Solo – Boyolali – Salatiga – Semarang;
Trayek Surabaya – Yogyakarta sebagai trayek utama, untuk
kelas ekonomi dilayani bersama oleh dua perusahaan, yakni Sumber Kencono /
Sumber Selamat dan Mira. Dengan wilayah yang dilalui mencapai belasan kabupaten
/ kota, otomatis modus tranportasi ini bisa menjadi andalan masyarakat yang
bepergian menggunakan angkutan umum di jalur ini. Apalagi tujuan akhirnya
adalah kota besar, yakni Surabaya dan Yogyakarta dengan tujuan antara Solo dan
Madiun. Surabaya dengan pusat ekonomi, pendidikan, dan kesehatan di wilayah
timur, Yogyakarta sebagai pusat budaya dan pendidikan di wilayah tengah, Solo
sebagai kekuatan ekonomi, budaya dan pendidikan, serta Madiun sebagai kota menengah
yang menjadi titik hubung dengan kota-kota di sekitarnya.
Di trayek ini juga terdapat beberapa irisan dengan trayek
bus besar yang lain, di antaranya : Surabaya – Kediri – Tulungagung –
Trenggalek, Surabaya – Madiun – Ponorogo – Pacitan, Surabaya – Madiun –
Magetan, Sragen – Solo, Solo – Yogyakarta, serta trayek panjang Surabaya –
Yogyakarta – Cilacap.
Sementara trayek ke arah Wonogiri juga beririsan dengan bus
Solo – Wonogiri dan Solo – Wonogiri – Pacitan. Adapun ke arah Semarang juga
beririsan dengan bus jurusan Solo – Semarang.
Di wilayah trayek Jawa Tengah khususnya, bus dari Jawa Timur
dibatasi jam operasi dan daerah pengambilan penumpangnya. Ini demi menciptakan
sebuah persaingan yang fair dengan bus trayek pendek yang beririsan. Beberapa
kali di penghujung tahun 90-an / awal 2000, terjadi kericuhan di wilayah Jawa
Tengah karena belum ditaatinya kode etik ini. Akibatnya, beberapa bus pendatang
dirusak. Untunglah ini tidak berlangsung lama setelah disepakati solusinya.
2. Jumlah Armada Banyak
Permintaan pasar akan transportasi yang melalui kota-kota
tersebut yang sangat besar, memerlukan jumlah armada yang mencukupi, dan
beroperasi 24 jam. Grup usaha Sumber Kencono mengoperasikan armada sejumlah 230
unit. Jauh lebih banyak dibandingkan rivalnya, PO Mira yang berada di kisaran
seratus bawah.
Dengan jumlah armada sebanyak itu dan beroperasi 24 jam,
bila dihitung rata-rata, maka tiap 6 menit 16 detik lewat satu buah bus Sumber
Kencono. Atau bila dikombinasi dengan PO Mira yang 100-an unit, tiap 4 menit 22
detik lewat satu bus Sumber Kencono atau Mira. Ini bisa dibandingkan dengan
keberadaan Busway yang di koridor paling ramaipun bisa molor hingga setengah
jam lebih setiap harinya.
3. Tarif Transparan dan Adil
Penggunaan karcis sebagai bukti pembayaran penumpang memang
sudah lama digunakan dalam transportasi bus. Namun, sekitar 15 tahun terakhir
sistem itu mulai menghilang dengan munculnya sistem setoran. Angkutan bus besar
di Jawa Timur, hingga kini mayoritas masih mempertahankan sistem itu karena pendapatan
yang didapatkan oleh pengusaha berdasarkan karcis yang dijual. Tentunya ini
harus didukung sistem kontrol yang ketat. Sumber Kencono, sebagai salah satu
operator angkutan juga menggunakan sistem ini.
Penumpang, dalam hal pembayaran tarif hanya membayar sesuai
jarak dari mana berangkat dan di mana akan turun. Harganyapun sudah dipatok
resmi oleh perusahaan dan diawasi ketat batas atas-bawahnya oleh Departemen
Perhubungan. Sebagai contoh, bila kita naik dari Surabaya dan turun di Perak
Jombang, tarifnya berbeda dengan bila kita turun di Kertosono Nganjuk, meskipun
hanya terpaut jarak sekitar 10 km saja. Beda tarif Rp. 500 pun akan
dikembalikan oleh Kondektur.
Ini berbeda halnya dengan bus di wilayah propinsi lain yang
gradasi tarifnya antara kota yang berdekatan sangat jauh berbeda dan jarang
menggunakan karcis serta terkesan tawar-menawar, mahal, bahkan tidak fair.
Untuk menjaga loyalitas penumpang, armada ini juga
mengeluarkan sistem Kartu Langganan yang biasa disebut KL yang bila ditunjukkan
sebelum membayar mendapatkan potongan di kisaran Rp. 2 ribu. Anggota TNI dan
Polri yang naik dan berseragam juga mendapatkan potongan tarif istimewa sebesar
50 %.
4. Ketepatan Waktu menjadi Andalan
Sebenarnya ini adalah faktor utama mengapa masyarakat masih
percaya menggunakan armada ini. Meskipun sebenarnya ukuran waktu adalah sesuatu
yang relatif, apalagi mengingat kondisi jalan raya yang terkadang tidak bisa
diduga, serta banyaknya faktor rintangan yang dilalui. Namun, Sumber Kencono
mencoba memberikan solusi pelayanan meminimalkan waktu tempuh dengan
mengoptimalkan kondisi jalan dan lalu-lintas yang ada. Contohnya, adalah
meminimalkan parkir ngetem yang tidak perlu. Rute Surabaya – Yogyakarta, bus
hanya berhenti di terminal Madiun selama maksimal 20 menit untuk memberi
kesempatan awak bus makan minum secukupnya. Selain itu relatif tidak berhenti
lama. Terkadang ada bus yang berhenti di terminal Nganjuk, dan bila sudah
berhenti di sini, biasanya di Madiun tidak berhenti lama. Tidak digunakannya
sistem setoran juga meminimalkan waktu berhenti ngetem ini.
Bus lain yang beririsan dengan trayek Sumber Kencono tidak
seketat ini jadwalnya. Contohnya untuk rute Surabaya – Kediri – Trenggalek,
paman saya yang berdomisili di Surabaya dan mengajar di Trenggalek selalu
menggunakan Sumber Kencono dan pindah bus di Kertosono daripada menggunakan bus
langsung Surabaya – Trenggalek karena lebih cepat. Bahkan, secara umum
masyarakat masih beranggapan kecepatan menjadi diutamakan dibandingkan dengan
kenyamanan khususnya bila mengejar waktu. “Sing penting cepet tekan.” Begitu
kira-kira yang ada di benak masyarakat.
Optimalisasi waktu yang lainnya, adalah bus hanya mengisi
bahan bakar ketika penumpang sudah diturunkan di terminal. Bila bus sedang
berisi, betapa banyak waktu penumpang yang ikut tersita pada saat mengisi bahan
bakar ini.
5. Armada Sangat Prima
Usia bus yang dioperasikan Sumber Kencono semakin ke sini
semakin muda. Tentu semua mafhum bila semakin berusia, kehandalan sebuah
kendaraan menurun serta memerlukan biaya perawatan yang tidak sedikit. Dari
beberapa kali perbincangan dengan pengurus maupun kru SK, diperoleh info bahwa
maksimal usia bis adalah 5 tahun. Dan secara bertahap diperbarui dan
dimodernkan armadanya.
Dalam periode 2008 hingga sekarang, sudah puluhan kali (mendekati
seratusan) saya naik bus Sumber Kencono. Selama itu pula, tidak pernah
sekalipun saya mengalami bus dalam kondisi rusak mogok. Bahkan, hanya untuk
sekedar menambah tekanan angin ban saja, saya tidak pernah mengalaminya. Hanya
pernah sekali mengalami kerusakan knalpot, itupun masih bisa meneruskan
perjalanan hingga ke garasi dengan keterlambatan hanya sekitar setengah jam
saja.
6. Terbuka Menerima Masukan
Sepanjang saya keluyuran naik bus umum (dari tahun 1993
hingga sekarang), di kolong langit Jawa ini hanya ada satu perusahaan yang
konsisten di seluruh armadanya secara terbuka dan terang-terangan menuliskan
permintaan kepada penumpang yang berbunyi:
“BILA SOPIR NGEBUT / UGAL-UGALAN,
MOHON HUBUNGI : 031-8973558, 8973559 ATAU SMS 081 5510 4883”
Dan di samping tulisan besar-besar itu, juga terdapat nomor
polisi bus yang bersangkutan. Tulisan ini berada di atas dashboard depan atau
di langit-langit di atas kaca depan. Tulisan yang sama juga terdapat di karcis
yang dibagikan kepada tiap penumpang. Saya juga beberapa kali memberikan
masukan lewat SMS ke nomor kontak tersebut. Dan bagusnya, selalu ditanggapi
tidak lebih dari 24 jam dengan ucapan terima kasih atas masukannya.
Tentunya banyak pihak yang sudah memberikan masukan kepada
PO Sumber Kencono, termasuk Departemen & Dinas Perhubungan, Kepolisian,
serta instansi terkait agar berubah lebih baik lagi dan sudah dilaksanakan oleh
pengelola.
7. Fasilitas Semakin Bagus
Peremajaan armada Sumber Kencono dilakukan dengan
meningkatkan kualitasnya. Yang paling terlihat adalah adanya pendingin udara
(Air Conditioner) di mayoritas bus. Hingga pertengahan 2009, sebenarnya jumlah
armada AC Sumber Kencono masih kalah dibandingkan PO Mira. Tetapi perlahan tapi
pasti, kini mayoritas armada sudah menggunakan AC. Hanya satu dua yang terlihat
tanpa AC. Penumpang juga dimanjakan dengan TV LCD 21 inch lengkap dengan sound
systemnya yang sering memutar lagu dangdut “Asolole”. Benar-benar merakyat. Jok
kursinya juga mulus, terbuat dari kulit sintetis yang mudah dibersihkan serta
terawat rapi sehingga tak ada lagi cerita jok bau apek dan kumal.
Kelengkapan keselamatan standard seperti pintu darurat di
sebelah kanan belakang, palu pemecah kaca, alat pemadam api ringan (APAR) juga
sudah tersedia di armada Sumber Kencono. Tidak kurang juga alat pemantau posisi
dan kecepatan berupa GPS (Global Positioning System) juga sudah dipasang pada
mayoritas armada untuk memonitor pergerakan dan kesemuanya dapat berimplikasi
pada tindakan sanksi apabila terdapat pelanggaran.
8. Identitas Armada dan Kru Jelas
Seluruh bus Sumber Kencono dan Sumber Selamat memiliki
identifikasi yang jelas, termasuk warna cat yang seragam hingga nomor polisinya
juga tercantum jelas. Bila malam hari, keberadaan bus ini dari jauh juga mudah
dikenali, yakni dari billboard putih berlampu bertuliskan Sumber Kencono di
atas kaca depan sehingga calon penumpang lebih mudah untuk mengenalinya.
Seragam kru bus juga demikian. Bila hingga dua tahun lalu
masih menggunakan seragam khas Jawa Timur warna merah oranye, kini semua awak
sudah mengenakan seragam khas warna Biru. Tidak hanya siang hari, malam haripun
mereka disiplin menggunakannya. Termasuk petugas lapangan yang ada di terminal.
Di tengah maraknya kejahatan di atas kendaraan umum yang
dilakukan oknum awak angkutan, disiplin ala Sumber Kencono ini sangat layak
diteladani karena perusahaan yang lain tidak sedisiplin ini.
—–
Namun dibalik cepatnya, bus ini dahulu kerap dilanda musibah
kecelakaan di jalan serta muncul bahwa bus sumber Grup ini adalah raja jalanan
dalam arti sebenarnya yang tidak mengindahkan peraturan di jalan dan mau menang
sendiri di jalan. Bus ini juga pernah dibakar massa di Ngawi saat masa arus
mudik-balik lebaran tahun 2010 akibat menabrak pengguna sepeda motor. Selain
itu juga pernah mengalami kecelakaan hebat bertabrakan dengan mobil travel di
jalan by pass Mojokerto beberapa waktu silam. Karena hal itu yang juga
menyebabkan masyarakat banyak yang antipati terhadap bus ini.
Dari obrolan para sopir bus Sumber Grup ini didapat
keterangan bahwa mereka mengemudikan bus ini karena dikejar waktu. Dikejar
waktu parkir saat tiba di tujuan agar mereka tidak mendapat klaim dari
perusahaan. Klaim disini berarti denda yang diberikan oleh perusahaan karena
pelanggaran-pelanggaran selama di lapangan. Selain itu jatah hari kerja mereka
juga sangat padat dan hanya beristirahat kurang lebih 6 jam sehari dan mereka
kembali harus membawa bus yang mereka kemudikan di jalan. Kondisi itu pula lah
yang menyebabkan bus ini kerap mengalami musibah kecelakaan.
Akibatnya sampai Gubernur Jawa Timur, “Pakdhe Karwo” juga
ikut bersuara agar bus Sumber Grup ini ditutup trayeknya. Beberapa hari setelah
peristiwa itu, Sumber Grup tidak menjalankan armada-armada busnya. Dan bisa
ditebak, penumpang di Terminal Purabaya terlantar tidak terangkut.
Berbagai macam cara juga sudah ditempuh oleh bus Sumber Grup
ini untuk mengurangi angka kecelakaan. Bahkan sampai mengganti nama bus yang
dulunya adalah Sumber Kencono dengan Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu. Sumber
Kencono sendiri di mata masyarakat adalah Sumber Bencana yang bermula dari
plesetan bus Sumber Kencono, Sumber Bencono.
Kini dengan segala daya dan upaya yang dilakukan pihak
manajemen perusahaan, bus Sumber Grup sudah jarang dan bahkan hampir tak
terdengar ada kabar-kabur bus Sumber Grup mengalami kecelakaan.





